5
Perbedaan Antara Nabi dan Rasul
Para ulama menyebutkan
banyak perbedaan antara nabi dan rasul, tapi di sini kami hanya akan
menyebutkan sebahagian di antaranya:
1. Jenjang kerasulan
lebih tinggi daripada jenjang kenabian. Karena tidak mungkin seorang itu
menjadi rasul kecuali setelah menjadi nabi. Oleh karena itulah, para ulama
menyatakan bahwa Nabi Muhammad -Shollallahu ‘alaihi wasallam- diangkat menjadi
nabi dengan 5 ayat pertama dari surah Al-‘Alaq dan diangkat menjadi rasul
dengan dengan 7 ayat pertama dari surah Al-Mudatstsir. Telah berlalu keterangan
bahwa setiap rasul adalah nabi, tidak sebaliknya.
Imam As-Saffariny
-rahimahullah- berkata, “Rasul lebih utama daripada nabi berdasarkan ijma’,
karena rasul diistimewakan dengan risalah, yang mana (jenjang) ini lebih ringgi
daripada jenjang kenabian”. (Lawami’ Al-Anwar: 1/50)
Al-Hafizh Ibnu Katsir
juga menyatakan dalam Tafsirnya (3/47), “Tidak ada perbedaan (di kalangan
ulama) bahwasanya para rasul lebih utama daripada seluruh nabi dan bahwa ulul
‘azmi merupakan yang paling utama di antara mereka (para rasul)”.
2. Rasul diutus kepada
kaum yang kafir, sedangkan nabi diutus kepada kaum yang telah beriman.
Allah -’Azza wa Jalla-
menyatakan bahwa yang didustakan oleh manusia adalah para rasul dan bukan para
nabi, di dalam firman-Nya:
ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا
تَتْرَى كُلَّ مَا جَاءَ أُمَّةً رَسُولُهَا كَذَّبُوهُ
“Kemudian Kami utus
(kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul
datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya”. (QS. Al-Mu`minun : 44)
Dan dalam surah
Asy-Syu’ara` ayat 105, Allah menyatakan:
كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ
“Kaum Nuh telah
mendustakan para rasul”.
Allah tidak mengatakan
“Kaum Nuh telah mendustakan para nabi”, karena para nabi hanya diutus kepada
kaum yang sudah beriman dan membenarkan rasul sebelumnya. Hal ini sebagaimana
yang dinyatakan oleh Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-:
كَانَتْ بَنُوْ إِسْرَائِيْلَ
تَسُوْسُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ
“Dulu bani Isra`il
diurus(dipimpin) oleh banyak nab. Setiap kali seorang nabi wafat, maka
digantikan oleh nabi setelahnya”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
3. Syari’at para rasul
berbeda antara satu dengan yang lainnya, atau dengan kata lain bahwa para rasul
diutus dengan membawa syari’at baru. Allah -Subhanahu wa Ta’ala- menyatakan:
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ
شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا
“Untuk tiap-tiap umat
diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang”. (QS. Al-Ma`idah :
48)
Allah mengabarkan
tentang ‘Isa bahwa risalahnya berbeda dari risalah sebelumnya di dalam
firman-Nya:
وَلِأُحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ
الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ
“Dan untuk menghalalkan
bagi kalian sebagian yang dulu diharamkan untuk kalian”. (QS. Ali ‘Imran : 50)
Nabi Muhammad -Shollallahu
‘alaihi wasallam- menyebutkan perkara yang dihalalkan untuk umat beliau, yang
mana perkara ini telah diharamkan atas umat-umat sebelum beliau:
وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمَ
وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُوْرًا
“Dihalalkan untukku
ghonimah dan dijadikan untukku bumi sebagai mesjid (tempat sholat) dan alat
bersuci (tayammum)”.(HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Jabir)
Adapun para nabi,
mereka datang bukan dengan syari’at baru, akan tetapi hanya menjalankan
syari’at rasul sebelumnya. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada nabi-nabi Bani
Isra`il, kebanyakan mereka menjalankan syari’at Nabi Musa -’alaihis salam-.
4. Rasul pertama adalah
Nuh -’alaihis salam-, sedangkan nabi yang pertama adalah Adam -’alaihis salam-.
Allah -’Azza wa Jalla-
menyatakan:
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ
كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ
“Sesungguhnya Kami
telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada
Nuh dan nabi-nabi yang setelahnya”. (QS. An-Nisa` : 163)
Dan Nabi Adam berkata
kepada manusia ketika mereka meminta syafa’at kepada beliau di padang mahsyar:
وَلَكِنِ ائْتُوْا نُوْحًا
فَإِنَّهُ أَوَّلُ رَسُوْلٍ بَعَثَهُ اللهُ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ
“Akan tetapi kalian
datangilah Nuh, karena sesungguhnya dia adalah rasul pertama yang Allah utus
kepada penduduk bumi”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik)
Jarak waktu antara Adam
dan Nuh adalah 10 abad sebagaimana dalam hadits shohih yang diriwayatkah oleh
Ibnu Hibban (14/69), Al-Hakim (2/262), dan Ath-Thobarony (8/140).
5. Seluruh rasul yang
diutus, Allah selamatkan dari percobaan pembunuhan yang dilancarkan oleh
kaumnya. Adapun nabi, ada di antara mereka yang berhasil dibunuh oleh kaumnya,
sebagaimana yang Allah nyatakan dalam surah Al-Baqarah ayat 91:
فَلِمَ تَقْتُلُونَ أَنْبِيَاءَ
اللَّهِ مِنْ قَبْلُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Mengapa kalian dahulu
membunuh nabi-nabi Allah jika benar kalian orang-orang yang beriman?”.
Juga dalam firman-Nya:
وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ
بِغَيْرِ حَقٍّ
“Mereka membunuh para
nabi tanpa haq”. (QS. Al-Baqarah : 61)
Allah menyebutkan dalam
surah-surah yang lain bahwa yang terbunuh adalah nabi, bukan rasul.
Incoming search terms:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar